Teluk Biru, Banyuwangi - Sebiru Masa Lalunya
Hari ketiga, senja hadir kembali dengan indahnya. Meramaikan sesaat suasana sore itu, dari suasana sunyi di teluk tertimur pulau Jawa. Teluk Banyubiru begitulah para nelayan menamainya, berubah perlahan-lahan namanya menjadi Teluk Biru. Sebiru air sebiru langitnya sebiru juga masa lalunya.
Teluk Biru, teluk yang terletak di pinggir kawasan hutan konservasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Keberadaannya yang sangat sulit ditempuh dan hanya bisa lewat laut membuat eksplorasi ke kawasan Teluk Biru, Banyuwangi ini hanya bisa ditempuh dengan perahu. Belum lagi kondisi ombak yang kadang tidak membaik, membuat nelayan dan perahunya enggan mengantarkan kita menuju kesana.
Memasuki Perairan Teluk Pangpang setelah keluar dari Sungai Stail |
Berangkat dari Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, kalian bisa menyewa jasa transportasi kelompok BSS untuk ke Teluk Biru. Berangkat menyelusuri sungai Stail, melewati hutan mangrove dan bermuara ke teluk Pangpang lalu lanjut ke menyelusuri perairan di pinggir kawasan hutan TN Alas Purwo. Keberangkatan saya ke Teluk Banyubiru untuk mengambil beberapa data tentang Hutan di TN Alas Purwo selama beberapa hari.
kapal Slerek, Kapal Tradisional Banyuwangi |
Kondisi laut cukup tenang, saya bisa menikmati pemandangan diatas kapal dengan memandangi kawasan Hutan yang lebat yang terjaga TN Alas Purwo. Beberapa pohon ada yang menjulang cukup tinggi dari pohon sekitarnya, Pohon Munung, masyarakat lokal menyebutnya demikian. Di laut sering kali berpapasan dengan nelayan lokal dengan perahu tradisional berwarna-warni yang sangat kontras. Kapal Slerek, kapal tradisional yang dapat di temukan di daerah Jawa Timur khusunya Banyuwangi, Jember, Situbondo dan Madura. Kapal ini berlayar selalu berdua sehingga punya sebutan lain yaitu kapal suami-istri. "Kapal aja suami-istri, kamu kapan?!, Teriak rekan kerja yang ada di kursi perahu bagian belakang.
Biru dan Sepi
Sejauh mata memandang, Biru. Langit yang biru, laut pun biru. Setelah mendarat, saya bersama rombongan bergegas membuat tenda dan beristirahat sebelum mengambil data yang dibutuhkan. Saya beristirahat sambil menyelusuri garis pantai Teluk Banyubiru. Sepi sekali, hanya ada deru ombak saja. Umang-umang yang bergerak ke arah pasir pantai pun suaranya tak terdengar. Pasirnya lembut, tidak ditemukan sampah-sampah kemasan, hanya ada beberapa ranting pohon yang memutih karena lama hanyut di lautan. Kukira malam laut akan gelap tapi nyatanya penuh dengan lampu. Itu adalah lampu dari perahu-perahu nelayan yang sedang mencari ikan, ramai sekali hampir terlihat seperti di sebrang lautan ada pemukiman padahal hanya laut dan hutan belantara saja. Sempat kukira, ak tertidur dan terlempar dimensi lain. Sempat kucek wajah rekan yang sudah tidur, mereka masih asli?
Gemerlap Lampu di lautan menjelang pagi |
bertemu patrick |
Hari kedua setelah mengambil data, saya kembali menyelusuri garis pantai kembali, masih sama hanya ada deru ombak dan ranting pohon yang memudar sudah hilang, mungkin kembali melaut saat laut pasang tadi malam. Hari ketiga pun sama saja, rasa bosan sudah melanda, karena selalu melihat hal yang sama, Biru dan Biru. Kali ini tidak menyelusui pasir pantainya, namun pergi ke arah selatan dimana ada hamparan batu karang yang telah mati. Langit sore di hari ketiga cukup cerah, saya berharap bisa melihat warna lain selain Biru sore ini. Di pinggiran formasi karang, terdapat pohon yang telah meranggas dan sebuah batu karang besar. Saya memilih duduk disitu dan menunggu senja. Melamun.
Teringat cerita rekan perjalanan kali ini bahwa dulu, Teluk Banyubiru atau Teluk Biru, Banyuwangi ini dulu adalah surganya hasil laut. Bahkan dijuluki sebagai daerah kantong ikan. Ikan-ikan dari Samudera Indonesia dipastikan mampir dan mencari makanan disini. Terumbu karang bagus, sumber pakan ikan melimpah, Ikan-ikan yang datang enggan pergi. Sampai suatu ketika marak sekali adanya pengeboman terumbu karang, mendapatkan hasil yang maksimal tapi dengan cara yang salah dan tidak benar. Imbasnya kini bisa dilihat, banyak terumbu karang rusak bekas pengemboman masa lampau. Imbasnya banyak, ada saat di sekitar perairan ini tidak ada ikan. Nelayan ada yang menjual parabotan rumah tangga yang bisa dijual hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kan miris.
Kini adanya wisata ke Teluk Biru dan adanya Budidaya Mutiara di kawasan pesisir dan perairan sekitar Teluk Biru menjadi titik terang dari terumbu karang yang rusak. Terumbu Karang sudah perlahan pulih karena perairan di jaga oleh Petugas TN Alas Purwo, Perusahaan Budidaya Mutiara dan Nelayan yang geram akan tindakan pengeboman dan pengerusakan terumbu karang. Wisata ke Teluk Biru pun beberapa kali juga melepaskan transplantasi Terumbu Karang sebelum para wisatawan bermain di Teluk Biru.
Senja di Teluk Biru |
Terbangun dari lamunan lintas waktu, Kaki sedikit basah, ternyata air mulai pasang semata kaki. Turun dari batu karang lalu kaget ketika melihat arah barat. Langit yang tadinya agak putih berawan, kini mulai jingga bahkan berubah merah membara. Mencari tatakan enak untuk meletakan kamera, timer lalu foto bersama langit merah membara. Hendak memanggil rekan untuk difotokan, mereka terlalu jauh.
Masa lalu dari Teluk Biru ini boleh Biru, tapi di Masa Depan daerah Ikan dari Teluk Biru kembali berjaya dan tidak ada lagi oknum yang melakukan pengeboman atau tindakan yang merusak laut. Yah kali, mau kesusahan mencari ikan lagi K
Kapal Slerek Kecil dan Pegunungan Hutan Alas Purwo |
Kelompok Masyarakat Bahari Stail Sejahtera 085215370489 (telepon) atau 081216695429 (WA)
Koordinat Basecamp Kelompok Masyarakat ( -8.486244, 114.352294 )
0 Response to "Teluk Biru, Banyuwangi - Sebiru Masa Lalunya"
Post a Comment