-->

Menari Bersama Angin Di Kawah Ilalang, Bondowoso


Kemarin saya berkenalan dengan Ilalang. 
Bukan ilalang yang dijumpai di pinggir jalan. Mereka tumbuh setahun sekali di sebuah kawah tersembunyi. Bagi mereka, angin adalah alunan musik semesta yang selalu dia nanti. Sudah dinantinya semenjak mulai kecil hingga dewasa dan siap menari. Anginnya pun tidak selalu datang dan berbunyi setiap hari, kadang terhalang pepohonan, kadang tertahan punggung pegunungan, bahkan kadang angin yang dia nanti terhempas angin lain yang lebih kuat. Ketika angin berhasil melewati pepohonan, melewati celah pegunungan, menuruni lembah dan sampai di tempat mereka tumbuh. Mereka menari, mengikuti arah angin yang berputar di sekitarnya, menari melepaskan kapas-kapas putih bersama doa-doa yang mungkin hanya bisa dimengerti rerumputan, agar kapas-kapas putih itu tiba dan berhasil tumbuh pada musim hujan berikutnya.

Disebut Labeng Seng, Karena dikelilingi perbukitan seperti ini
Kawah Ilalang, itulah nama tempatnya mereka hidup dan tumbuh. Dimana sekitar kawahnya sudah mulai berubah, yang dulunya adalah suatu ekosistem savana, berubah menjadi perladangan yang setiap waktu berubah jenis tanamannya. Kawah ilalang terletak di Bondowoso, tepatnya di Curah Macan, Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen (dulu bernama Sempol), Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Jika dilihat Lanskapnya, kawah ilalang masih merupakan bagian dari Gunung Ranti. Warga setempat menyebutnya Labeng Seng yang berasal dari bahasa Madura yang berarti Pintu Seng. Disebut demikian karena bentuk kawahnya yang tidak terlihat karena tertutupi oleh bentang alamnya. Oleh sebab itu warga setempat menyebutnya Labeng Seng seolah-olah kawah tersebut tidak terlihat tertutup pintu seng yang mengelilinginya. Seiring berjalannya waktu dan angin yang berhembus nama tersebut berubah menjadi Kawah Ilalang karena pada waktun tertentu kawah tersebut dipenuhi oleh Ilalang.

jalan menuju kawah ilalang searah dengan kawah wurung
Menuju Ke Kawah Ilalang.
Kawah Ilalang ini terletak berdekatan dengan Kawah Wurung, yang merupakan objek wisata terkenal di Bondowoso. Untuk menuju kesini dari Kota Banyuwangi, kalian harus menuju ke Kawah Wurung melewati pos pendakian ke Kawah Ijen di Paltuding, melewati air terjun Kalipahit dan akan melewati pos keamanan wilayah PTPN. Setelah itu akan ikuti petunjuk jalan menuju Kawah Wurung dan memasuki jalan dari cor semen. Sebelum sampai di Desa dekat kawah wurung kalian akan mengambil jalan ke kiri memasuki area kebun kopi dan perladangan. Dari sini kalian harus bertanya pada warga setempat jalan menuju Kawah Ilalang karena tidak ada petunjuk jalan. Dan perjalanan hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua atau jalan kaki. Dan pengendara sepeda motor harus hati-hati karena jalanan berupa jalan tanah, kadang berpasir, jika sehabis hujan akan licin. Medan perjalanannya pun naik turun melewati punggung bukit, jika tidak hati-hati ditakutkan akan jatuh ke bawah. Setelah agak lama melesuri perladangan berbukit saya kaget ternyata ada petunjuk arah ke lokasi parkir sementara yang terbuat dari gubuk. Kita akan ditarik Rp.5000/motor untuk jasa parkirnya

kondisi jalannya
puncak kawah ilalang udah terlihat
Perjuangan masih panjang
Yah, dari parkiran kalian harus berjuang dulu tracking ke puncak kawah ilalang. Pemandangan ke puncak menarik jika cuaca sedang cerah. Disebelah kanan terlihat pemandangan Kawah Wurung dari kejauhan dan terlihat Gunung Raung dan Gunung Suket.  Sesampai dipuncaknya kita bisa istirahat sebelum turun di dasar kawah. Karena lokasi puncak kawah dengan dasarnya terlalu tinggi, dari atas tidak terlihat jelas adanya ilalang yang tumbuh disitu, hanya terlihat seperti hamparan rumput biasanya. Sudah turun dan berada di tengah-tengah dinding kawahnya, ternyata masih jauh. Saya beristirahat sejenak dan tidak lupa untuk foto-foto narsis mumpung pemandangannya bagus.
Istirahat plus Foto2 :D
jalan setapak menuju ke tengah kawah
Hening, tiada angin, tiada suara-suara bahkan suara burung sedikit pun. Hamparan ilalang terlihat menunduk seperti halnya padi. Kami berjalan menyelusuri jalan setapak terus menuju tengah-tengah kawah dan hendak memandang ke segala penjuru arah. Melihat hamparan ilalang yang luas, melihat bentuk tebingnya, menikmati terang gelapnya cahaya matahari yang jatuh ke dasar dan dinding kawahnya. Saya sengaja berangkat pagi karena ingin berjumpa dengan kabutnya, satu lagi karena ingin menikmati pancaran cahaya pagi yang indah dilihat.

teman yang ke atas bukit, terlihat kecil kan
Angin belum berhembus, beberapa teman memutuskan naik ke atas sisi tebing yang bebas pepohonan untuk melihat luas pemandangan kawah ilalang dari atas tanpa terhalang pepohonan. Mereka sudah berjalan sampai tengah-tengah dinding kawah, terlihat kecil sekali. Ilalang masih terdiam, saya teringat mantera anak jaman 90’an memanggil angin sebelum menerbangkan layangan dengan bersiul, namun angin belum datang. Yah mungkin harus dimengerti bagaimana susahnya angin berhembus di daerah ini. Terhalang pepohonan, punggung pegunungan, bahkan angin yang lebih kuat dari arah yang lain, dan angin harus menuruni dinding kawah yang hampir vertikal.

Menari bersama ilalang :D
Akhirnya sang angin mulai terasa dari arah timur, dari arah matahari berada. Dari jejauhan terlihat kapas-kapas putih dari bagian timur kawah mulai berterbangan menuju arah kami.  Saya terdiam seakan dapat melihat angin datang dari timur tersebut dan bersiap menerima hempasan angin tersebut. Terdiam dan melihat para ilalang mulai menari bersama angin. Mungkin bagi Ilalang,  angin itu bagi alunan musik, seperti para penari yang mulai menari ketika musik mulai ditabuhkan. Jika melihat tarian ilalang hari itu, saya merasa angin dihari itu merupakan musik yang bahagia. Atau mungkin perasaan saya yang sedang bahagia di hari itu :D. Anginnya datang berkali kali dari berbagai arah mungkin itu karena keberadaan dinding kawah ilalang yang cukup tinggi yang mengakibatkan angin terpantul kesegala arah. Yah siapa tau, tiada satupun dari kami yang mengerti bahasa angin.

mulai mendung
Awan mendung mulai mengamtung menutupi si matahari, teman yang tadi di atas sudah turun ke dasar kawah dan mengajak kami pulang. Was-was juga jika hujan kami masih di jalan tanah menyulusurinya menggunakan motor matic akan sangat sulit.

perjalanan pulang
Bertemu warga setempat dan bertanya tentang kawah tersebut. Mereka bercerita kalau Ilalang tersebut muncul setahun sekali di awal musim hujan. Namun tidak muncul jika pada musim kemarau kawah tidak terbakar alami. Rumput dikawah habis atau sebagian terbakar memberi kesempatan pada bibit rrumput ilalang tumbuh kembali.


penitipan motor :D
Tertarik menari bersama Ilalang di Kawah Ilalang, Bondowoso? Jangan lupa bawah sampahmu kembali pulang dan jangan berharap ada fasilitas apa-apa kecuali tempat penitipan motor.

Kami dengan muka lelah

Related Posts

Menari Bersama Angin Di Kawah Ilalang, Bondowoso     Edit


Kemarin saya berkenalan dengan Ilalang. 
Bukan ilalang yang dijumpai di pinggir jalan. Mereka tumbuh setahun sekali di sebuah kawah tersembunyi. Bagi mereka, angin adalah alunan musik semesta yang selalu dia nanti. Sudah dinantinya semenjak mulai kecil hingga dewasa dan siap menari. Anginnya pun tidak selalu datang dan berbunyi setiap hari, kadang terhalang pepohonan, kadang tertahan punggung pegunungan, bahkan kadang angin yang dia nanti terhempas angin lain yang lebih kuat. Ketika angin berhasil melewati pepohonan, melewati celah pegunungan, menuruni lembah dan sampai di tempat mereka tumbuh. Mereka menari, mengikuti arah angin yang berputar di sekitarnya, menari melepaskan kapas-kapas putih bersama doa-doa yang mungkin hanya bisa dimengerti rerumputan, agar kapas-kapas putih itu tiba dan berhasil tumbuh pada musim hujan berikutnya.

Disebut Labeng Seng, Karena dikelilingi perbukitan seperti ini
Kawah Ilalang, itulah nama tempatnya mereka hidup dan tumbuh. Dimana sekitar kawahnya sudah mulai berubah, yang dulunya adalah suatu ekosistem savana, berubah menjadi perladangan yang setiap waktu berubah jenis tanamannya. Kawah ilalang terletak di Bondowoso, tepatnya di Curah Macan, Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen (dulu bernama Sempol), Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Jika dilihat Lanskapnya, kawah ilalang masih merupakan bagian dari Gunung Ranti. Warga setempat menyebutnya Labeng Seng yang berasal dari bahasa Madura yang berarti Pintu Seng. Disebut demikian karena bentuk kawahnya yang tidak terlihat karena tertutupi oleh bentang alamnya. Oleh sebab itu warga setempat menyebutnya Labeng Seng seolah-olah kawah tersebut tidak terlihat tertutup pintu seng yang mengelilinginya. Seiring berjalannya waktu dan angin yang berhembus nama tersebut berubah menjadi Kawah Ilalang karena pada waktun tertentu kawah tersebut dipenuhi oleh Ilalang.

jalan menuju kawah ilalang searah dengan kawah wurung
Menuju Ke Kawah Ilalang.
Kawah Ilalang ini terletak berdekatan dengan Kawah Wurung, yang merupakan objek wisata terkenal di Bondowoso. Untuk menuju kesini dari Kota Banyuwangi, kalian harus menuju ke Kawah Wurung melewati pos pendakian ke Kawah Ijen di Paltuding, melewati air terjun Kalipahit dan akan melewati pos keamanan wilayah PTPN. Setelah itu akan ikuti petunjuk jalan menuju Kawah Wurung dan memasuki jalan dari cor semen. Sebelum sampai di Desa dekat kawah wurung kalian akan mengambil jalan ke kiri memasuki area kebun kopi dan perladangan. Dari sini kalian harus bertanya pada warga setempat jalan menuju Kawah Ilalang karena tidak ada petunjuk jalan. Dan perjalanan hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua atau jalan kaki. Dan pengendara sepeda motor harus hati-hati karena jalanan berupa jalan tanah, kadang berpasir, jika sehabis hujan akan licin. Medan perjalanannya pun naik turun melewati punggung bukit, jika tidak hati-hati ditakutkan akan jatuh ke bawah. Setelah agak lama melesuri perladangan berbukit saya kaget ternyata ada petunjuk arah ke lokasi parkir sementara yang terbuat dari gubuk. Kita akan ditarik Rp.5000/motor untuk jasa parkirnya

kondisi jalannya
puncak kawah ilalang udah terlihat
Perjuangan masih panjang
Yah, dari parkiran kalian harus berjuang dulu tracking ke puncak kawah ilalang. Pemandangan ke puncak menarik jika cuaca sedang cerah. Disebelah kanan terlihat pemandangan Kawah Wurung dari kejauhan dan terlihat Gunung Raung dan Gunung Suket.  Sesampai dipuncaknya kita bisa istirahat sebelum turun di dasar kawah. Karena lokasi puncak kawah dengan dasarnya terlalu tinggi, dari atas tidak terlihat jelas adanya ilalang yang tumbuh disitu, hanya terlihat seperti hamparan rumput biasanya. Sudah turun dan berada di tengah-tengah dinding kawahnya, ternyata masih jauh. Saya beristirahat sejenak dan tidak lupa untuk foto-foto narsis mumpung pemandangannya bagus.
Istirahat plus Foto2 :D
jalan setapak menuju ke tengah kawah
Hening, tiada angin, tiada suara-suara bahkan suara burung sedikit pun. Hamparan ilalang terlihat menunduk seperti halnya padi. Kami berjalan menyelusuri jalan setapak terus menuju tengah-tengah kawah dan hendak memandang ke segala penjuru arah. Melihat hamparan ilalang yang luas, melihat bentuk tebingnya, menikmati terang gelapnya cahaya matahari yang jatuh ke dasar dan dinding kawahnya. Saya sengaja berangkat pagi karena ingin berjumpa dengan kabutnya, satu lagi karena ingin menikmati pancaran cahaya pagi yang indah dilihat.

teman yang ke atas bukit, terlihat kecil kan
Angin belum berhembus, beberapa teman memutuskan naik ke atas sisi tebing yang bebas pepohonan untuk melihat luas pemandangan kawah ilalang dari atas tanpa terhalang pepohonan. Mereka sudah berjalan sampai tengah-tengah dinding kawah, terlihat kecil sekali. Ilalang masih terdiam, saya teringat mantera anak jaman 90’an memanggil angin sebelum menerbangkan layangan dengan bersiul, namun angin belum datang. Yah mungkin harus dimengerti bagaimana susahnya angin berhembus di daerah ini. Terhalang pepohonan, punggung pegunungan, bahkan angin yang lebih kuat dari arah yang lain, dan angin harus menuruni dinding kawah yang hampir vertikal.

Menari bersama ilalang :D
Akhirnya sang angin mulai terasa dari arah timur, dari arah matahari berada. Dari jejauhan terlihat kapas-kapas putih dari bagian timur kawah mulai berterbangan menuju arah kami.  Saya terdiam seakan dapat melihat angin datang dari timur tersebut dan bersiap menerima hempasan angin tersebut. Terdiam dan melihat para ilalang mulai menari bersama angin. Mungkin bagi Ilalang,  angin itu bagi alunan musik, seperti para penari yang mulai menari ketika musik mulai ditabuhkan. Jika melihat tarian ilalang hari itu, saya merasa angin dihari itu merupakan musik yang bahagia. Atau mungkin perasaan saya yang sedang bahagia di hari itu :D. Anginnya datang berkali kali dari berbagai arah mungkin itu karena keberadaan dinding kawah ilalang yang cukup tinggi yang mengakibatkan angin terpantul kesegala arah. Yah siapa tau, tiada satupun dari kami yang mengerti bahasa angin.

mulai mendung
Awan mendung mulai mengamtung menutupi si matahari, teman yang tadi di atas sudah turun ke dasar kawah dan mengajak kami pulang. Was-was juga jika hujan kami masih di jalan tanah menyulusurinya menggunakan motor matic akan sangat sulit.

perjalanan pulang
Bertemu warga setempat dan bertanya tentang kawah tersebut. Mereka bercerita kalau Ilalang tersebut muncul setahun sekali di awal musim hujan. Namun tidak muncul jika pada musim kemarau kawah tidak terbakar alami. Rumput dikawah habis atau sebagian terbakar memberi kesempatan pada bibit rrumput ilalang tumbuh kembali.


penitipan motor :D
Tertarik menari bersama Ilalang di Kawah Ilalang, Bondowoso? Jangan lupa bawah sampahmu kembali pulang dan jangan berharap ada fasilitas apa-apa kecuali tempat penitipan motor.

Kami dengan muka lelah